Disiplin

Membuat kesalahan adalah bagian dari menjadi orang tua dan disiplin adalah dimana saja kita dapat sering2 tergelincir. Disiplin adalah salah satu tugas parenting yang paling menakutkan. 

Untuk dapat melakukannya dengan baik kita harus menjadikannya : Jelas, masuk akal dan tidak bisa ditawar, meskipun saat itu kita merasa : marah, frustasi, atau malu. Memang benar disiplin itu berat.
Apakah anak berkebutuhan khusus perlu juga disiplin?

Saat kita memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK), mungkin kita akan bertanya-tanya,"Apakah anakku bisa melakukan hal tersebut?", termasuk dalam hal disiplin, mungkin kita akan memberikan lebih banyak 'keringanan' karena khawatir ABK kita tidak mampu melakukan suatu hal dengan disiplin.

Lalu pertanyaannya adalah apakah ABK bisa didisiplinkan?
Jika kita berpikir bahwa anak abk tidak bisa disiplin, ini seperti mengatakan pada mereka,"Aku tidak percaya kamu bisa belajar.", Dan jika kamu tidak percaya, bagaimana anak tersebut bisa percaya bahwa mereka mampu?

Disiplin - mengkoreksi perilaku anak, menunjukkan pada anak: 
1. mana yang baik dan mana yang buruk

2. mana yang bisa diterima, mana yang tidak bisa diterima 
hal ini merupakan salah satu hal terpenting, di mana orang tua bisa menunjukkan kepada anak bahwa mereka mencintai dan peduli terhadap anak-anaknya.

Saat ini disiplin paling nyata yang bisa dilakukan adalah
1. pola makan
2. pola tidur 
3. Etika (kemandirian) : mandi, bertamu, bermain, di masyarakat, berpakaian dll.

Pesan kedisiplinan yang biasanya diterapkan disekolah untuk anak berkebutuhan khusus yakni :
1. Memakai baju seragam sekolah dengan baik dan benar sesuai jadwal. 

2. Tidak datang terlambat / tepat waktu. 

3. Mengerjakan tugas dirumah. 

4. Selesai sekolah harus langsung pulang ke sekolah.

Pada penerapan pesan kedisiplinan untuk anak berkebutuhan khusus memerlukan perhatian dan pengawasan. Anak yang berkebutuhan khusus tidak dapat fokus pada satu titik, karena itu memerlukan strategi untuk bisa menerapkan pesan kedisiplinan, berikut merupakan strategi yang digunakan untuk menumbuhkan kedisiplinan anak :
1. Jadi ramah namun tegas
Kita tidak harus bersikap keras pada anak-anak, namun tegas dan konsisten.

2. Memberi instruksi dengan jelas. 
Seringkali konflik muncul karena anak tidak mampu menguraikan instruksi. Petunjuk yang tidak jelas dan kurang spesifik dapat menyebabkan ketidaksiplinan.

3. Membuat penjadwalan dan social story mengenai aktifitas dan tempat. 
Hal ini untuk membangun rencana disiplin diruangan, di rumah, sekolah masyarakat dan berpegang teguh terhadap peraturan yang sangat penting untuk memastikan kenyamanan belajar.

4. Melihat ke spesialannya serta penanganannya dalam situasi dan kondisi dengan melihat tingkat mental, sosial dan emosinya.

Anak berkebutuhan khusus bila ditinjau dari segi mental siswa tersebut memiliki tingkat IQ yang dibawah rata-rata anak normal. Dilihat dari segi sosial, siswa ini biasanya cepat tersinggung, segan bergaul dan senang berbuat jahat/asosial. Dari segi emosi anak yang berkebutuhan khusus menjadi segan bergaul, cepat kecewa, suka mengeluh, cepat tersinggung, dan pemurung.

Respon anak terhadap pesan kedisiplinan sangatlah beragam. Mulai dari respon yang positif seperti senang tapi malu, ada juga yang merespon negatif pesan kedisiplinan tersebut karena mereka terkendala dengan faktor eksternal seperti lingkungannya yang tidak mendukung untuk disiplin. Dalam respon anak ini peran orang tua juga turut menentukan apakah anak bisa menerima pendisiplinan dengan baik atau tidak. 

Evaluasi adalah hal yang sangat perlu dilakukan karena dengan mengevaluasi kita akan mengetahui apakah kegiatan yang kita lakukan dapat berjalan sesuai dengan rencana kita atau malah sebaliknya tidak dapat berjalan dengan baik. Dan yang paling penting setelah dievaluasi..pengulangan dan pengingatan kembali hingga tahap anak memahami dan melakukan dengan mandiri menjadi tujuan akhir. 

Mengapa perlu diingatkan?
Kita harus sering mengingatkan kepada mereka karena anak berkebutuhan khusus mempunyai memory yang tidak sama dengan anak pada umumnya sehingga harus diingatkan dengan terus menerus. 
Caranya : 
1. Visualisasi (penjadwalan kegiatan)

2. Praktek (melakukan kegiatan bersama-sama)

3. Auditory (mendengarkan perintah berulang-ulang

4. Kombinasi antara visual dan auditory 

Penerapan pesan kedisiplinan memiliki tujuan tersendiri. 
Tujuan kedisiplinan adalah :
 a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

 b. Mendorong anak melakukan yang baik dan benar.

 c. Membantu anak memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.

 d. Anak belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. 

Dalam hal kedisiplinan ini tentunya kita memiliki tujuan untuk kebaikan anak. Namun jika caranya salah, justru berpengaruh buruk pada tumbuh kembang anak. Kenali dan segera koreksi kesalahan tersebut. 
Sebagai guru dan orang tua kita memang tidak sempurna, tak jarang kita melakukan kesalahan termasuk saat mendisiplinkan anak. Namun bukan berarti kita tidak berusaha melakukan yang terbaik untuk anak. Kesalahan2 inilah yang perlu kita kenali diantaranya : 
1. Tidak kompak (ortu-team). Biasanya ini terjadi karena kita dan pasangan tetap mempertahankan pandangan masing-masing dalam mendisiplinkan anak. Hal ini membuat anak kita bingung mengikuti aturan yang mana..bahkan tidak sedikit dari mereka justru memanfaatkan hal ini. Misalnya anak tidak patuh dengan papanya karena terlalu memanjakan, sebalikya anak patuh dengan mamanya sebab tegas atau sebalikya. Dibutuhkan kompak dan tegas.

2. Kurang konsisten, padahal butuh waktu setidaknya 3 minggu untuk anak mengikuti aturan baru. Ketika kita sudah membuat aturan hanya boleh main games saat akhir pecan, tepati hal tersebut dan tidak memberikelonggaran.

3. Aturan hanya diketahui berdua, sementara ada pengasuh, kakek, nenek, om,  dan tante yang turut terlibat dalam pengasuhan anak. Mereka perlu tau aturan apa yang berlaku di rumah. Beritau mereka bahwa aturan itu yang berlaku di rumah kita bukan peraturan dari orang lain. 

4. Berpikir kenakalan hanya fase pelajaran. “menganggap ringan perilaku anak sebagai kenakalan sesaat yang akan hilang ketika dia usianya bertambah. Tidak kita harus menghentikan kebiasaan buruk sesegera mungkin sebelum berubah menjadi kebiasaan.

5. Menggunakan metode disiplin yang tidak tepat. Memukul anak bisa mengganggu perkembangan emosi dan kebiasaan anak. Mempermalukan, menggoda, merendahkan anak bisa merusak kepercayaan dirinya. 

6. Tidak memberikan penjelasan. Anak harus diberitahu alas an kita membuat aturan. Sesederhana mungkin sampaikan ke anak2 spesial kita. Anak perlu tau dan membedakan perbuatan baik dan buruk. 

7. Menjadi contoh yang salah apa yang anak lihat adalah apa yang ia tiru. Jadi bila kita ingin merubah perilaku anak menjadi baik, kita juga harus serius melihat perilaku kita sendiri. 

Beberapa penerapan disiplin yang harus kita hindari : 
1. Merasa “Satu Gaya” sudah cukup
Gaya orang jaman dahulu dalam mendisiplinkan anak sudah berbeda dengan jaman sekarang..sebab lingkungan juga membentuk yang berbeda atas tumbuh kembang anak. Orang tua harus mencari tahu bagaimana cara yang tepat dalam mendisiplinkan perilaku anak. Berbeda keadaan berbeda cara. Berbeda anak, berbeda cara. Berbeda usia berbeda cara. 
Memahami dimana anak kita berada saat ini adalah kunci dalam memilih pendekatan disiplin yang paling tepat utnuk mereka. 

2. Bertindak berlebihan
Hukuman atau konsekuensi yang kita terapkan pada anak saat melanggar aturan, selayaknya diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan dan BUKAN pada seberapa kesal/marah kita pada saat itu. 

3. Terlalu lembek
Tidak terlalu lembek saat menerapkan konsekuensi. Perintah atau larangan hanay berupa kata2 saja..
Untuk setiap kesalahan, tetap harus diberikan konsekuensi. Disesuaikan level, usia, temperamen dan level penerimaan anak atas konsekuensi.  memotong jatah waktu nonton tv, memotong uang saku, menahan sementara mainannya, time out, dll 

4. Tidak konsisten 
Konsisten itu bila kita bilang Tidak, maka sampai selanjutnya katakan Tidak.  

5. Selalu berfokus pada hal2 yang negatif 
Jika kita ortu perfeksionis kita akan repot bila perilaku anak Tidak sesuai dengan hati kita. 

Solusi : sedapat mungkin berfokus pada target dan kemampuan yang akan dicapai, tanpa menuntut menjadi sempurna. 

Disiplin itu adalah tentang menjaga anak-anak tetap aman dan membantu mereka untuk tumbuh menjadi : orang dewasa yang baik, sukses, mandiri dan bahagia. 
Inti dari disiplin adalah Cinta. Kita menerapkan disiplin pada anak, karena kita benar2 cinta pada mereka.

http://riskatimo.blogspot.com/2020/07/disiplin.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penanganan pada Autisme

Bagaimana Berinteraksi dengan penyandang Autisme

Kemampuan Bertanya